Stigma Tato di Jepang: Memahami Realitas Budaya Kerja Jepang

Pernahkah kamu terpikir untuk bekerja di Jepang? Negeri sakura ini terkenal dengan budaya yang unik dan peluang kerja yang menarik. Tapi, tahukah kamu bahwa stigma tato di Jepang bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan pekerjaan di sana?

Yup, stigma negatif terhadap tato di Jepang masih melekat hingga saat ini. Berbeda dengan budaya Barat yang menganggap tato sebagai seni, di Jepang tato sering dikaitkan dengan Yakuza (mafia Jepang) dan dianggap tidak profesional.

Sejarah Singkat Tato di Jepang:

  • Zaman Jomon-Nara (300 SM – 794): Tato digunakan sebagai ritual keagamaan, identitas sosial, hukuman, penanda profesi seperti pemadam kebakaran serta menjadi sarana untuk menandai seseorang yang telah sembuh dari penyakit.
  • Zaman Edo (1603-1868): Di zaman ini berkembang tato tradisional jepang yang disebut irezumi. Irezumi adalah bentuk tato yang menggambarkan hewan, tumbuhan atau pemandangan alam. Di Zaman ini juga Yakuza (anggota kriminal Jepang) mengadopsi tato irezumi sebagai simbol keberanian, mereka sering kali memiliki tato yang menutupi sebagian besar atau seluruh tubuh mereka. Tato ini menunjukkan bahwa mereka adalah anggota yakuza dan harus diperlakukan dengan hormat.
  • Zaman Meiji (1868-1912): Pemerintah Jepang melarang tato pada masa ini. Pemerintah Meiji berusaha untuk modernisasi Jepang dan menghilangkan praktik-praktik yang dianggap ketinggalan zaman, termasuk tato. Tato dilarang di sekolah, tempat kerja, dan fasilitas umum.
  • Zaman Showa-Heisei-Modern: Meskipun penerimaan tato telah meningkat di Jepang, masih ada stigma yang melekat pada tato, terutama tato yakuza. Tato yakuza sering kali dikaitkan dengan kriminalitas dan kekerasan. Akibatnya, orang-orang dengan tato yakuza mungkin akan kesulitan mendapatkan pekerjaan di beberapa industri, seperti keuangan, jasa, dan pemerintahan.

Alasan Larangan Tato Bekerja di Jepang:

  • Dianggap tidak profesional: Tato sering dilihat sebagai ekspresi diri yang eksentrik dan vulgar, yang tidak sesuai dengan citra profesional yang diharapkan di tempat kerja. Di beberapa industri, seperti keuangan dan layanan pelanggan, tato dikhawatirkan dapat membuat pelanggan tidak nyaman atau menimbulkan keraguan tentang kredibilitas perusahaan.
  • Keterkaitan dengan Yakuza: Tato Yakuza sering kali rumit dan penuh simbolisme, yang dapat menimbulkan rasa takut dan stigma negatif. Orang dengan tato yang terlihat seperti tato Yakuza dapat mengalami diskriminasi dan prasangka di tempat kerja dan di kehidupan sehari-hari. Kurangnya pemahaman tentang budaya Yakuza dapat menyebabkan orang-orang secara keliru mengasosiasikan semua tato dengan kriminalitas dan kekerasan.
  • Tradisi dan norma sosial: Budaya Jepang dipengaruhi oleh Konfusianisme, yang menekankan kesopanan dan kesederhanaan. Tato, terutama tato besar dan mencolok, dapat dilihat sebagai pelanggaran norma-norma ini. Generasi yang lebih tua di Jepang mungkin memiliki pandangan yang lebih konservatif terhadap tato dan melihatnya sebagai sesuatu yang tidak pantas.

Bagaimana jika sudah memiliki tato?

Sebenarnya Memiliki tato di Jepang bukanlah penghalang utama untuk Kamu bisa diterima di masyarakat Jepang. Jarang terjadi komentar-komentar buruk dari masyarakat Jepang, maupun orang-orang yang lari ketakutan saat melihat tato. Namun, yang kerap akan terjadi biasanya orang-orang akan melirik tato kalian, tidak jauh berbeda dari tatapan ingin tahu yang biasa diterima saat menjadi orang asing di negara lain. Secara profesional, memang masih banyak perusahaan yang tidak menerima pekerja yang sudah bertato, terutama untuk visa Tokutei Ginou dan juga untuk pemagangan.

Jika Kamu sudah terlanjur memiliki tato, masih ada cara yang bisa dilakukan agar Kamu bisa diterima kerja di Jepang. Jika perusahaan tidak menuliskan persyaratan tidak boleh bertato, Kamu masih bisa pertimbangkan menutupi tato saat melamar pekerjaan di perusahaan tersebut. Namun jika memang sudah tertulis dalam persyaratan, baiknya Kamu memang tidak melamar ke perusahaan itu, atau Kamu bisa mempertimbangkan menghapus tatomu dengan laser removal. Kamu juga dapat menghubungi perusahaan yang akan di lamar untuk menanyakan kebijakan mereka tentang tato. Namun demikian, fokuslah pada kualifikasi dan pengalaman kerja. Tunjukkan profesionalisme dan etos kerja yang baik, maka masih banyak perusahaan di Jepang yang masih membuka kesempatan bagi Kamu yang bertato.

Ingin Persiapan Matang Bekerja di Jepang?

Jika Kamu berminat untuk kerja di Jepang, KitaCakap bisa membantu Kamu mempersiapkan diri lho! Ikuti program Siap ke Jepang  dan dapatkan bimbingan profesional, pelatihan bahasa, dan peluang kerja terbaik di Jepang!

Daftar Sekarang di sini: https://kitacakap.id/program-jepang/ 

5 Jurus Jitu Mempersiapkan Diri untuk Menaklukan JLPT

Jepang, negeri sakura yang memesona, selalu memikat hati banyak orang. Tak hanya budayanya yang kaya, peluang karir dan pendidikan di sana pun tak kalah menarik. Mengantongi sertifikat JLPT (Japanese Language Proficiency Test) menjadi salah satu kunci untuk membuka gerbang mimpimu di Negeri Matahari Terbit ini.

JLPT, sang penjaga gerbang, terkenal dengan reputasinya yang menantang. Tapi jangan khawatir! Artikel ini akan membantumu menguasai 5 jurus rahasia untuk menjinakkan JLPT dan mengantarkanmu menuju puncak kemampuan bahasa Jepangmu.

Jurus Pertama: Temukan Musuhmu dan Buat Perencanaan

Seperti yang dikatakan oleh Sun Tzu dalam “The Art of War”, “Jika kamu mengenal musuhmu dan mengenal dirimu sendiri, kamu tidak akan pernah dalam bahaya dalam seratus pertempuran.” Jadi, sebelum bertarung, kenali dulu musuhmu. Pahami format soal JLPT, mulai dari jenis soal, bobot nilai, hingga waktu pengerjaan. Pelajari peta kekuatan dan kelemahanmu, baik dalam aspek kemampuan membaca (読解), mendengarkan (聴解), ** tata bahasa (文法・語彙)**, maupun kanji (漢字).

Persiapkan dirimu dengan merencanakan waktu belajarmu dengan bijak. Tentukan jadwal belajar yang konsisten, tetapi jangan lupakan untuk menyisihkan waktu untuk istirahat dan hiburan. Perencanaan yang matang akan membantumu tetap fokus dan termotivasi.

Jurus Kedua: Latihan Menempa Kemampuan

Seperti samurai yang mengasah pedangnya, kamu pun perlu mengasah kemampuanmu. Gunakan berbagai sumber latihan, jangan terpaku pada satu sumber belajar saja. Manfaatkan berbagai jenis materi belajar, seperti buku soal JLPT, aplikasi belajar bahasa Jepang, dan website latihan online. Setiap sumber belajar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan menggabungkan beberapa sumber, kamu akan mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan memperdalam pemahamanmu. Jika perlu, ikuti kelas persiapan JLPT untuk mendapatkan panduan dan strategi yang lebih terarah.

Bagian listening dan speaking seringkali menjadi tantangan bagi banyak orang yang mempersiapkan diri untuk JLPT. Oleh karena itu, jangan lupakan untuk rutin berlatih mendengarkan dan berbicara dalam bahasa Jepang. Dengarkan podcast, tonton film atau acara televisi Jepang, dan berani berbicara dengan orang lain dalam bahasa Jepang. Praktek ini akan membantumu merasa lebih percaya diri saat menghadapi bagian listening dan speaking dalam ujian.

Jurus Ketiga: Perhatikan Teknik Mengerjakan Soal JLPT

Mengetahui teknik-teknik mengerjakan soal dengan efisien juga sangat penting dalam menghadapi JLPT. Pelajari pola soal yang sering muncul dalam setiap level JLPT, dan cari strategi terbaik untuk menyelesaikannya dengan cepat dan tepat. Memahami instruksi soal dengan baik juga merupakan kunci, jadi pastikan untuk membaca dengan cermat sebelum menjawab. Pelajari tata bahasa dengan tekun dan pahami pola-pola kalimat yang sering muncul dalam soal JLPT.

Jurus Keempat: Evaluasi dan Perbaiki Kekurangan

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah secara teratur mengevaluasi kemajuanmu dan mengidentifikasi kelemahanmu. Lakukan ujian praktek secara berkala untuk mengetahui seberapa baik pemahaman dan keterampilan bahasa Jepangmu. Setelah mengetahui kelemahanmu, fokuslah untuk memperbaikinya dengan lebih intensif. Akan lebih baik lagi jika ada rekan atau guru yang bisa membantumu mengidentifikasi kekurangan dan memperbaikinya. Ingatlah bahwa kegagalan dalam ujian praktek adalah bagian dari proses pembelajaran, dan jangan pernah menyerah!

Jurus Kelima: Kendalikan Rasa Cemas, Percaya Diri dan Pantang Menyerah

Rasa cemas bagaikan racun yang melemahkan kekuatanmu. Lakukan teknik relaksasi dan meditasi untuk mengendalikan rasa cemas. Tidur yang cukup dan makan makanan bergizi juga penting untuk menjaga stamina dan fokusmu.

Percayalah pada kemampuanmu! Yakinkan diri bahwa kamu bisa menaklukkan JLPT. Pantang menyerah dan teruslah berlatih. Ingatlah bahwa ketekunan dan motivasi adalah kunci utama kesuksesan.

 

Mari Taklukkan JLPT Bersama!

Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, kamu pasti bisa menaklukkan JLPT dan membuka peluangmu di Jepang, baik untuk sekolah maupun bekerja. Gunakan 5 jurus rahasia ini dan jadilah master bahasa Jepang!

Ingatlah: “Ketekunan dan motivasi adalah kunci utama kesuksesan.”

Ojigi: Seni Membungkuk dalam Budaya Jepang

Selain menguasai Bahasa Jepang, penting bagi pekerja di perusahaan Jepang maupun tenaga kerja asing yang bekerja di Jepang untuk memahami budaya kerja sehari-hari di negara ini. Salah satu budaya yang penting adalah Ojigi, atau seni membungkuk. Seringkali terlihat dalam anime, dorama, atau video Jepang, praktik membungkuk sebelum berpisah menjadi gambaran lumrah dalam interaksi sehari-hari di kota-kota besar seperti Tokyo. Dalam Budaya Jepang, Ojigi bukanlah sekadar tindakan fisik, tapi juga simbol penghormatan masyarakat Jepang satu sama lain.

Jejak Sejarah dan Makna Ojigi

Pada abad ke-3, Jepang mulai menyerap pengaruh dari Tiongkok, termasuk dalam aspek etika sosial dan tata krama. Budaya membungkuk menjadi salah satu nilai yang diperkenalkan dari ajaran Buddha. Ketika konsep agama Buddha meresap ke dalam masyarakat Jepang, praktik ini menjadi lambang status sosial, menggambarkan sikap hormat dan pengakuan atas derajat dan kedudukan orang lain.

Ojigi bukan sekadar gerakan fisik semata, tetapi memiliki makna mendalam dalam penghormatan dan kesopanan. Ajaran Buddha mengajarkan tentang pentingnya penghormatan terhadap orang lain, baik itu secara hierarkis maupun dalam konteks sosial. Membungkuk dianggap sebagai lambang kesopanan, penghargaan, dan kesederhanaan.

Selain itu, praktik membungkuk ini juga menjadi cara untuk menunjukkan bahwa seseorang bukanlah ancaman. Dalam konteks interaksi sosial, membungkuk merupakan cara untuk menunjukkan rasa hormat dan penghormatan kepada orang yang memiliki derajat atau posisi yang lebih tinggi.

Beragam Fungsi Ojigi di Zaman Modern

Seiring berjalannya waktu, budaya membungkuk telah mengalami evolusi dan diversifikasi dalam konteks penggunaannya. Di era modern, praktik ojigi memiliki beragam fungsi. Tidak hanya sebagai tanda penghormatan atau kesopanan, tapi juga sebagai sarana komunikasi non-verbal yang meluas. Dalam kehidupan sehari-hari, ojigi tidak hanya terlihat dalam konteks formal seperti di tempat kerja atau dalam upacara keagamaan, tapi juga dalam situasi-situasi santai atau interaksi sosial biasa.

Praktik ini menjadi bagian integral dalam budaya Jepang yang menggambarkan nilai-nilai seperti kesopanan, rasa hormat, dan kehormatan terhadap orang lain. Meskipun mungkin tampak sederhana, ojigi merupakan bagian penting dari identitas budaya Jepang yang berasal dari akar sejarah yang kaya dan ajaran yang menghargai nilai-nilai sosial. Ritual ini terlihat dalam olahraga sumo, upacara keagamaan, hingga permintaan maaf dalam tingkatan yang berbeda.

Membaca Tingkatan Ojigi dalam Budaya Jepang

Ojigi dibagi dalam dua posisi: berdiri (Ritsurei) dan duduk (Zarei), masing-masing memiliki tiga tingkatan berbeda dalam intensitas membungkuk.

  • Ritsurei:

    • Eshaku ( 会釈 ) – 15 derajat: Untuk ucapan terima kasih atau salam di kantor. Jenis bungkukkan ini digunakan pada saat bertemu dengan teman kerja di kantor untuk memberi salam atau ucapan terima kasih atas kerja keras selama dalam bekerja, atau bisa juga pada saat pertama kali bertemu dengan seseorang.
    • Keirei ( 敬礼 ) – 30 derajat: Digunakan dalam berterima kasih atau salam di ruang lingkup perusahaan. Jenis bungkukkan ini sering dijumpai dan digunakan pada saat berterima kasih kepada seseorang, pada saat berkenalan dan juga digunakan oleh pegawai toko untuk menyapa para pelanggan. Selain itu sering digunakan pada ruang lingkup perusahaan
    • Saikeirei ( 最敬礼 ) – 45 derajat: Bentuk paling formal, digunakan untuk permintaan maaf resmi atau salam hormat kepada yang lebih tinggi, seperti atasan atau Kaisar. Jenis Ojigi ini adalah yang paling formal, digunakan untuk permintaan maaf resmi, meminta bantuan, salam hormat kepada orang yang lebih tinggi derajat atau jabatan, dan orang yang dihormati, seperti mertua, atasan, rekan bisnis serta Kaisar. Paling banyak dijumpai pada zaman dahulu, dalam kehidupan Istana kekaisaran.
  • Zarei:

    • Zarei yaitu salah satu jenis Ojigi yang dilakukan dalam keadaan duduk. Jenis Ojigi ini jarang digunakan, biasanya hanya digunakan untuk acara keagamaan seperti dalam beribadah atau acara-acara bela diri. Ada juga digunakan dalam bentuk permintaan maaf, apabila sudah melakukan kesalahan besar. Zarei biasanya dilakukan pada zaman dahulu, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja atau Kaisar.

Menerapkan Ojigi dalam Lingkungan Kerja

Meski aturan ojigi mungkin sulit dipelajari sepenuhnya, penting untuk memahami konteks dan intensitas yang tepat. Di lingkungan korporat, penggunaan ojigi sangatlah penting, karena memberikan sinyal tentang tingkat penghargaan, status, dan kesopanan. Semakin formal atau tinggi kedudukan lawan bicara, semakin dalam dan lama ojigi dilakukan. Ojigi yang dangkal mungkin terasa kurang sopan atau kurang menghargai situasi tertentu.

Ojigi juga merupakan simbol penghormatan yang mendalam. Hal ini menunjukkan kesediaan untuk mengakui kedudukan atau kelebihan orang lain. Dalam konteks perusahaan, penggunaan ojigi mencerminkan etika kerja yang kuat dan kesediaan untuk mempertahankan hubungan yang harmonis. Bagi orang asing atau mereka yang baru belajar budaya Jepang, memahami dan memperhatikan tanda-tanda non-verbal seperti ojigi akan membantu dalam berinteraksi dengan lebih baik di lingkungan kerja.

Penting untuk diingat bahwa budaya tidaklah statis. Meskipun aturan ojigi tampak kompleks, ada juga fleksibilitas dalam adaptasinya. Orang Jepang umumnya menghargai upaya dari orang asing untuk memahami dan menghormati budaya mereka. Keinginan untuk belajar dan menghormati nilai-nilai budaya akan dihargai meskipun tidak sempurna.

Kesimpulan

Ojigi bukan sekadar gestur, tapi representasi dari nilai penghormatan dan kesopanan yang dalam dalam budaya Jepang. Penggunaannya dalam konteks profesional menandakan kesediaan untuk menjaga etika kerja yang baik, membangun hubungan yang harmonis, dan menunjukkan kesopanan serta penghargaan terhadap kolega atau atasan.

Meskipun sulit untuk sepenuhnya memahaminya, kesadaran akan praktik ini akan membantu berinteraksi dengan lebih baik di lingkungan kerja Jepang. Mempelajari dan memahami ojigi memungkinkan seseorang untuk berintegrasi dengan lebih baik dalam lingkungan kerja Jepang, membantu menjalin hubungan yang baik, dan membangun citra profesional yang positif di mata kolega dan rekan bisnis.

Budaya Korporasi Jepang: Mengenal Jouge Kankei

Dalam masyarakat Jepang, struktur hierarki yang kuat menekankan pentingnya hubungan berdasarkan usia, status sosial, posisi dalam pemerintahan, dan strata pekerjaan. Kesadaran akan posisi sosial menjadi ciri khas, termasuk pola senioritas yang mewarnai interaksi sosial dalam budaya korporasi Jepang.

Salah satu contohnya adalah hubungan senpai-kouhai yang mendasari pola senior-junior di Jepang. Seorang senpai (orang lebih senior) membimbing dan mengajar kouhai (orang lebih junior). Namun, dalam konteks pekerjaan, fokusnya beralih pada jouge kankei, hubungan atasan-bawahan dalam budaya korporasi Jepang.

Pentingnya Jouge Kankei dalam Koorporasi Jepang

Jouge kankei menuntut lebih dari sekadar keterampilan pekerjaan. Kamu juga harus cerdas dalam membangun hubungan dengan rekan kerja. Ketika berinteraksi dengan atasan (jooshi), senior (senpai), atau rekan seangkatan (doryo), kamu akan mengadaptasi perilaku dan komunikasi secara berbeda.

Dalam konteks ini, seorang senpai dalam perusahaan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas. Kehadirannya sangat penting bagi karyawan baru (shinnyuusha) yang dapat mempelajari etiket bisnis dan perilaku dengan meneladani senior di tempat kerja.

Penerapan Jouge Kankei dalam Lingkungan Kerja

Pegawai baru sering mengandalkan senior untuk mendapatkan informasi terkait tata cara kerja, hak libur, hingga tata tertib yang harus diikuti. Ketika mendapat bantuan, mereka juga memiliki tanggung jawab untuk berterima kasih dengan membawa oleh-oleh (omiyage) sebagai ungkapan terima kasih.

Penting untuk diingat, prinsip loyalitas dan tanggung jawab yang tinggi merupakan bagian dari nilai Bushido. Karyawan di Jepang menganggap perusahaan tempat mereka bekerja sebagai pemberi bantuan yang pantas dihormati dan diabdikan.

Tips untuk Mengimplementasikan Jouge Kankei
  1. Amati dan Pelajari: Perhatikan interaksi antara atasan, senior, dan rekan sekerja. Amati cara mereka berkomunikasi, berinteraksi, dan menyelesaikan masalah. Pelajari cara mereka menjaga hubungan secara hierarkis.
  2. Beri Penghormatan: Berikan penghormatan yang tepat kepada atasan dan senior. Gunakan bahasa yang sopan, hormatilah waktu dan ruang pribadi mereka, dan tunjukkan apresiasi saat menerima bantuan atau arahan dari mereka.
  3. Bersikap Terbuka dan Hormatilah Semua: Meskipun ada hierarki yang kuat, sikap terbuka dan hormat kepada semua orang tetap penting. Berinteraksilah dengan semua rekan kerja tanpa memandang posisi hierarkis.
  4. Ajukan Pertanyaan dengan Bijak: Saat meminta bantuan atau nasihat, ajukan pertanyaan dengan sopan dan penuh kehormatan. Tunjukkan bahwa kamu menghargai pengetahuan dan pengalaman mereka.
  5. Bimbingan dan Belajar dari Senior: Jalin hubungan yang baik dengan senior yang berpengalaman. Gunakan kesempatan ini untuk belajar lebih banyak, baik secara langsung maupun melalui contoh yang mereka tunjukkan.

Dalam budaya korporasi Jepang, jouge kankei bukan sekadar struktur hierarkis, tapi juga menandai hubungan yang mendasari interaksi sosial dan profesional di tempat kerja. Selain jouge kankei, Jepang juga memiliki banyak prinsip khas lainnya dalam budaya kerja. Pelajari lebih lanjut dengan tutor KitaCakap yang telah banyak berinteraksi dengan orang Jepang dalam konteks kerja secara langsung.

Gaijin Card atau Kartu Orang Asing di Jepang

Gaijin Card atau yang dikenal sebagai kartu orang asing Jepang adalah dokumen resmi yang digunakan di Jepang bagi warga negara asing yang tinggal di sana. Kartu ini, juga dikenal sebagai 外国人登録証明書 (gaikokujin tōroku shōmeisho), berperan sebagai identitas utama orang asing di Jepang, serupa dengan peran paspor atau KITAS di Indonesia.

Informasi dalam Gaijin Card

Kartu gaijin berisikan informasi penting seperti nama, kewarganegaraan, alamat, tanggal pendaftaran, dan foto pemilik kartu. Biasanya, kartu ini kamu bawa dalam dompet atau tas, dan harus kamu tunjukkan jika diminta oleh pihak berwenang Jepang atau untuk bertransaksi di beberapa bisnis tertentu.

Manfaat Gaijin Card

  1. Status Resmi: Kartu gaijin mengonfirmasi status resmi kamu sebagai warga negara asing terdaftar di Jepang, bukan sebagai penduduk yang melebihi batas waktu atau ilegal.
  2. Identifikasi Resmi: Berfungsi sebagai tanda pengenal resmi untuk transaksi hukum, administratif, dan keuangan.
  3. Akses Layanan Pemerintah: Memberikan akses terhadap layanan khusus pemerintah bagi penduduk asing, seperti asuransi kesehatan dan program pensiun.
  4. Kerja: Banyak perusahaan di Jepang mensyaratkan kartu gaijin sebagai verifikasi identitas untuk pekerja asing.
  5. Sewa dan Akomodasi: Sebagai bukti status kependudukan yang sah untuk menyewa properti.
  6. Transaksi Keuangan: Diperlukan untuk membuka rekening bank atau melakukan transaksi keuangan tertentu di Jepang.
  7. Mendapatkan SIM: Penting bagi orang asing yang ingin mendapatkan SIM Jepang.
  8. Mendaftarkan Keluarga: Memungkinkan pendaftaran anggota keluarga non-Jepang untuk mengakses fasilitas dan layanan di Jepang.

Cara Mendapatkan Kartu Gaijin

Untuk mendapatkan kartu gaijin, kamu perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  • Memiliki visa yang sah untuk tinggal di Jepang.
  • Berusia 16 tahun atau lebih.
  • Telah tinggal di Jepang selama lebih dari 90 hari.

Proses pengajuan dilakukan di Kantor Imigrasi terdekat dengan membawa dokumen-dokumen seperti visa, paspor, foto kopi paspor, formulir aplikasi gaijin card, pas foto, dan biaya pendaftaran sebesar ¥3,000. Setelah pendaftaran, kamu akan diminta melakukan sidik jari dan tanda tangan. Kartu gaijin akan dikirimkan ke alamat yang tercantum dalam aplikasi, memakan waktu sekitar 2 minggu.

Tips untuk Proses Pendaftaran Gaijin Card

  • Kunjungi Kantor Imigrasi pada hari kerja dan jam sibuk.
  • Siapkan semua dokumen yang diperlukan.
  • Berpakaianlah rapi dan sopan.
  • Bersikaplah ramah kepada petugas.

Kartu gaijin adalah dokumen yang vital bagi warga asing di Jepang, memberikan bukti legalitas, mempermudah kehidupan sehari-hari, serta akses ke layanan dan manfaat pemerintah. Jika kamu berencana tinggal lama di Jepang, memperoleh kartu gaijin sangatlah disarankan. Pengen kerja di Jepang? Bisa banget buat kamu lulusan SMA/SMK, S3, maupun S1. Cek Program Persiapan Kerja di Jepang dari KitaCakap untuk informasi lebih lanjut yaa!

Hourensou: Prinsip Penting di Budaya Kerja Jepang

Setiap negara memiliki budaya kerjanya masing-masing, begitu pula dengan budaya kerja masyarakat Jepang. Tidak hanya perlu menguasai Bahasa Jepang, tenaga kerja asing yang bekerja di Jepang juga wajib memahami prinsip-prinsip dalam budaya kerja di Jepang. Salah satu prinsip tersebut adalah hourensou.

Hourensou adalah akronim dari houkoku (pelaporan), renraku (penyampaian informasi), dan soudan (konsultasi). Dalam dunia kerja Jepang, hourensou adalah dasar untuk memajukan pekerjaan dan setiap tempat kerja membutuhkan kemampuan berkomunikasi. Prinsip ini penting untuk dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi dan pekerjaan dapat berjalan dengan efisien. Simak penjabaran di bawah ini untuk memahami masing-masing prinsip hourensou.

Houkoku (Pelaporan)

Pelaporan adalah kegiatan menyampaikan perkembangan atau kemajuan suatu pekerjaan kepada atasan. Laporan harus berdasarkan pada data dan fakta. Ada beberapa jenis laporan dalam konsep hourensou, yaitu:

  • Laporan Hasil: Laporan awal yang disampaikan oleh pegawai junior kepada atasan.
  • Laporan Interim: Laporan sementara yang disampaikan di sela-sela pekerjaan sedang dilaksanakan.
  • Laporan Permasalahan: Laporan yang dibuat saat terjadi suatu masalah.
  • Laporan Perubahan: Laporan yang dibuat saat terjadi perubahan dalam perencanaan pekerjaan.
  • Laporan Informasi: Laporan akhir yang berisi informasi yang akan disampaikan.

Renraku (Penyampaian Informasi)

Penyampaian informasi adalah kegiatan menyampaikan fakta atau informasi mengenai hal-hal atau masalah yang berhubungan dengan pekerjaan kepada pihak terkait. Ada dua jenis komunikasi yang dilakukan dalam konsep hourensou, yaitu:

  • Komunikasi Vertikal: Komunikasi yang dilakukan antar karyawan yang memiliki level yang berbeda, atau antara atasan dan bawahan.
  • Komunikasi Horizontal: Komunikasi yang dilakukan antar karyawan yang memiliki level yang sama.

Soudan (Konsultasi)

Konsultasi adalah kegiatan meminta saran atau pendapat dari orang lain mengenai suatu hal. Konsultasi dapat dilakukan pada saat kamu dalam keadaan bingung atau tidak tahu harus memutuskan suatu hal.

Berikut adalah beberapa poin penting sebelum melakukan konsultasi:

  • Persiapkanlah pendapat dari diri kamu sendiri.
  • Lengkapi data-data yang berhubungan dengan isi dan apa yang ingin dikonsultasikan.
  • Tentukan waktu yang tepat untuk berkonsultasi.
  • Lakukan konsultasi sebelum terlilit masalah.
  • Bedakan antara konsultasi yang berhubungan dengan urusan pekerjaan dan urusan pribadi

Tips untuk Memahami Hourensou

Berikut adalah beberapa tips untuk memahami konsep hourensou:

  • Pelajari budaya kerja Jepang secara keseluruhan, termasuk nilai-nilai dan norma yang berlaku. Dengan memahami budaya kerja Jepang, kamu akan lebih mudah memahami konsep hourensou.
  • Berlatihlah untuk memahami konsep hourensou secara mendalam. Berlatihlah menyampaikan laporan, menyampaikan informasi, dan berkonsultasi dengan orang lain.
  • Mintalah bantuan jika kamu merasa kesulitan memahami konsep hourensou. Jangan ragu untuk meminta bantuan dari orang lain, misalnya teman, dosen, atau rekan kerja yang berasal dari Jepang.

Berikut adalah beberapa contoh penerapan konsep hourensou dalam dunia kerja Jepang:

  • Seorang karyawan memberikan laporan kemajuan pekerjaannya kepada atasan setiap minggu.
  • Seorang karyawan menyampaikan informasi tentang perubahan jadwal rapat kepada rekan kerja.
  • Seorang karyawan berkonsultasi dengan atasan tentang cara menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Hourensou adalah konsep komunikasi yang penting dalam dunia kerja Jepang. Dengan memahami dan menerapkan konsep hourensou, kamu dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi dengan budaya kerja Jepang. Prinsip ini juga dapat meningkatkan kerjasama dan kontribusi karyawan, sehingga akan sangat bermanfaat bagi kamu yang ingin bekerja di Jepang.

Selamat mencoba!